Saya
tercenung tat kala mendengar ungkapan hari ibu. Apa sih sebenarnya yang melatar
belakangi hari ibu? Kenapa harus ada hari ibu, sementara tidak ada hari bapak.
Padahal kata ibu tidak bisa dipisahkan dengan kata bapak. Kalau istilah ibu itu
ada karena melahirkan anak, maka kelahiran anak juga karena ada peran bapak.
Pertanyaan
berikutnya adalah siapa yang harus memperingati hari ibu? Apakah anak-anak yang
harus memperingatinya, lalu alasannya kenapa? Apa karena anak-anak sekarang sudah
banyak yang tidak ingat dengan ibunya atau tidak peduli dengan ibunya, padahal
ibu adalah orang yang telah melahirkannya dengan susah payah sampai-sampai
nyawa menjadi taruhannya.
Ataukah
ibu-ibu itu sendiri yang harus memperingatinya? Mungkin karena banyak ibu-ibu
yang sudah lupa akan perannya sebagai ibu untuk mengurus anak-anaknya dan
menjadikan anak-anaknya menjadi anak-anak yang baik sehingga harus diingatkan
dengan hari ibu. Entahlah.
Tapi
yang jelas dalam pandangan Islam, Ibu merupakan sosok yang sangat dimuliakan. Bagaimana
tidak, Nabi Muhammad SAW menegaskan ketika ditanya oleh seseorang, “kepada siapakah aku
harus berbakti?”, maka jawaban Beliau adalah “Ibumu”. Bahkan ketika pertanyaan
itu diulang sampai tiga kali jawaban Beliau adalah tetap “ Ibumu”. Barulah setelah
ditanya untuk yang kempat kalinya Beliau menjawab “ Bapak mu”. (Subhannalloh,
Begitu mulianya seorang Ibu, ibu maafkan anakmu, walau pun aku tidak pernah
tahu persis wajah ibu aku akan tetap merindukanmu, Al-fathihah untuk ibuku)
Ba’da Maghrib, 22 Desember 2020.